Berbagai penelitian kesehatan tentang dampak
rokok sudah banyak dilakukan para ahli kesehatan masyarakat. Namun meski
telah banyak dilakukan penelitian dan sudah terbukti berdampak buruk
bagi kesehatan, jumlah perokok tidak kunjung turun, utamanya
dinegara-negara berkembang termasuk Indonesia. Untuk itu, dibutuhkan
pendekatan perilaku dalam promosi kesehatan tentang bahaya rokok.
Publikasi terbaru hasil penelitian tentang rokok dirilis pada 6 Februari 2012 dalam jurnal Archives of General Psychiatry,
yang dilakukan Severine Sabia dan rekan-rekannya dari University
College London. Penilaian fungsi mental para responden dilakukan selama
tiga kali selama kurun waktu 10 tahun. Sedangkan penilaian status
merokok responden dilakukan enam kali dalam kurun waktu 25 tahun. Usia
rata-rata responden adalah sekitar 56 tahun ketika penilaian pertama
dilakukan.
Hasil analisis data sekitar 5.100 pria dan
lebih dari 2.100 wanita terkait fungsi mental, seperti memori,
pembelajaran, dan pengolahan pikiran. Peneliti menemukan bahwa di
kalangan kaum pria, merokok berhubungan dengan merosotnya kemampuan otak
yang lebih cepat. Selain itu, penurunan yang lebih massif terjadi pada
pria yang terus merokok selama masa penelitian. Peneliti menemukan bahwa
pria yang berhenti merokok dalam 10 tahun sebelum penilaian pertama
dilakukan ternyata masih berisiko mengalami penurunan mental, terutama
terkait fungsi “eksekutif” pada otak. Namun, mereka yang telah berhenti
merokok dalam jangka waktu lama, cenderung mengalami penurunan fungsi
otak lebih lambat.
Dalam riset tersebut, Severine Sabia dan
rekan-rekannya tidak menemukan hubungan antara efek merokok dan
penurunan fungsi mental pada kaum wanita. Alasan untuk perbedaan jenis
kelamin ini belum terungkap dengan jelas. Tetapi, hal itu mungkin
berkaitan dengan fakta bahwa pria umumnya cenderung merokok lebih banyak
ketimbang wanita.
Untuk merubah perilaku merokok, maka beberapa
teori perilaku bisa menjadi rujukan seperti Teori Kurt Lewin, Teori
Festinger, dan sebagainya. Menurut Kurt Lewin (1970), perilaku manusia
adalah suatu keadaan yang seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong
(driven forces) dan kekuatan-kekuatan penahan (restining forces). Pada
teori Kurt Lewin, melakukan perubahan perilaku dengan cara melakukan
ketidakseimbangan antara kedua kekuatan didalam diri seseorang sehingga
ada tiga kemungkinan terjadinya perubahan pada diri seseorang.
Ketiga kemungkinan tersebut adalah pertama,
kekuatan-kekuatan pendorong meningkat; adanya stimulus yang mendorong
untuk terjadinya perubahan-perubahan perilaku, seperti penyuluhan
kesehatan dan bentuk-bentuk promosi kesehatan lainnya. Kedua,
kekuatan-kekuatan penahan menurun; adanya stimulus yang memperlemah
kekuatan penahan seperti anggapan bahwa merokok tidak mengganggu
kesehatan. Anggapan yang keliru tersebut dapat memperlemah driven forces.
Ketiga, kekuatan pendorong meningkat sedang kekuatan penahan menurun;
kondisi inilah yang memungkinkan terjadinya perubahan perilaku,
termasuk perilaku merokok.
Dari studi kasus perilaku merokok, maka bisa dilihat hubungan erat
pentingnya Ilmu Psikologi dalam dunia kesehatan. Apalagi Ilmu Kesehatan
Masyarakat yang memiliki pendekatan preventif dan promotif, maka
penggunaan Psikologi sangat penting dan relevan dalam upaya-upaya
pencegahan ancaman terjangkit penyakit.sumber ; http://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2012/03/20/pentingnya-ilmu-psikologi-dalam-kesehatan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar